Minggu, 28 Maret 2010

Akhirnya... Jawaban Terbaik ke-100

Horeee!!! Akhirnya jumlah Jawaban terbaik (BA, Best Answer) saya di Yahoo! Answers sudah mencapai 100 (Pamer mode on). Saya tahu sebenarnya hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan, tetapi apa salahnya dipamerkan? Toh tujuan sebenarnya saya pamerkan disini adalah “untuk mengisi kekosongan ide postingan di blog saya ini”. Terima kasih saya pada user ulus p yang dengan begitu murah hatinya menjatuhkan pilihannya pada jawaban saya, sehingga jawaban tersebut menjadi BA saya yang ke 100. Klo mau lihat versi aslinya bisa klik disini

-------------------------
User ulus p bertanya : Apa itu indah? indah itu apa?

Saya pernah bertanya tentang kata "mengindahkan".
Saya nonton film "Life is Beautiful", ya, hidup itu indah.
Saya merenungkan hidup saya, rasanya kok kurang indah... hehehe.
Saya berpikir lagi tentang indah.
Mungkin saya tidak sungguh memahami kata 'indah'.
Mungkin saya tidak menyadari apa itu indah.

Apakah itu indah?
Indah itu apa?
-------------------------
Jawaban saya :

Umm.. saya modifikasikan sebuah pernyataan St. Agustinus dalam Confessions nya :

Saya mengaku padamu Tuhan, bahwa saya masih belum mengetahui apa yang disebut dengan "indah". Namun saya juga mengakui bahwa saya tidak tahu apa yang saya katakan saat ini, bahwa saya telah lama berbicara tentang ke"indah"an, dan segala hal yang "indah" di dunia ini tidak akan menjadi "indah" jikan bukan karena adanya fakta bahwa hal tersebut memang "indah". Bagaimana saya bisa mengetahui hal ini jika saya tidak tahu apa itu "indah"? Mungkinkah saya sesungguhnya tahu apa yang disebut "indah", namun tidak tahu bagaimana mengatakannya?

Ehehehehe... Seperti itu lah om...
-------------------------

Dan begitulah... seminggu kemudian Alhamdulillah jawaban saya dipilih sebagai Jawaban Terbaik.

Awalnya saya tidak bermaksud untuk menjawab seperti itu. Pada mulanya saya malah ingin menggunakan pengertian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Tapi setelah membaca berulang kali pertanyaannya, mencoba membayangkan kebingungan yang ia rasakan (Saya jadi sepintas teringat posting saya tentang Cinta? Benda apa itu?), dan melihat beberapa jawaban yang sudah masuk sebelumnya, saya jadi berubah pikiran... Salah satu penyebabnya adalah Jawaban dari User rezta (semoga nickname nya tidak berubah di kemudian hari). Perhatikan :

-------------------------
indah itu adalah saat dimana semua indera perasa dan pikiran kita merasakan kenikmatan....
kita dapat merasakan keindahan apabila kita pernah merasakan sesuatu yang tidak indah. ..

karena tidak ada artinya keindahan apabila tidak ada yang namanya tidak indah. . .
ini dapat di ibaratkan seperti
kita dapat merasakan bersih bila kita kotor..

saya menyarankan anda untuk merenungkan sedikit kepada orang" yg hidup'a tdk indah dibandingkan anda (menurut presepsi anda sendiri) dan jadikan anda sebagai org tsb..
-------------------------

" karena tidak ada artinya keindahan apabila tidak ada yang namanya tidak indah. . ." katanya... Kalimat inilah yang mengingatkan saya akan pernyataan St. Agustinus dalam Confessions, yang aslinya berbicara tentang waktu :

Aku mengaku padamu Tuhan, bahwa aku masih belum mengetahui apa yang disebut dengan waktu. Namun aku juga mengakui bahwa aku tidak tahu apa yang aku katakan saat ini, bahwa aku telah lama berbicara tentang waktu, dan waktu yang lama ini tidak akan menjadi waktu yang lama jika bukan karena adanya fakta bahwa waktu telah berlalu beberapa lama. Bagaimana aku bisa mengetahui hal ini jika saya tidak tahu apa itu waktu? Mungkinkah aku sesungguhnya tahu apa yang disebut waktu, namun tidak tahu bagaimana mengatakannya?

Dan begitulah, akhirnya saya modifikasikan saja kalimat tersebut dari tentang Waktu menjadi tentang Indah...

Hahahaha... plagiator donk saya?

Cinta? Benda apa itu?

Hihihi... masih teringat ucapan pat kai, si babi dalam cerita sun go kong :
"Sejak dahulu memang begitulah cinta... Deritanya tiada akhir."
Hmm... cinta itu deritanya tiada akhir? bukankah cinta itu seharusnya membahagiakan?

Pertanyaannya sekarang, Apa sih Cinta itu?
Pernah saya mencoba untuk merumuskan definisi dari cinta itu. Pertama saya rasakan dulu cinta itu seperti apa (mode imajinasi on) lalu saya coba rumuskan gambaran yang saya dapat lewat kata-kata... GAGAL!!!! SUSAH!!! Beberapa bagian memang terumuskan, tapi entah mengapa imajinasi ini terus memunculkan gambaran-gambaran cinta yang tidak ada habisnya, dimana logika dan kata-kata yang saya buat tidak mampu mengejarnya >_<.

Karena bingung yang melanda, akhirnya saya tanyakanlah pertanyaan ini di Yahoo! Answers room Jajak Pendapat dan Survei (klik di sini) . Pikir-pikir lagi, akhirnya saya tanyakan lagi juga di Yahoo! Answers room Filosofi (klik di sini) biar mantab.
Ada cukup banyak definisi cinta yang saya dapat... tapi manakah yang benar-benar tepat dan menjelaskan secara menyeluruh definisi dari Cinta itu? Semua jawaban bagi saya telah menggambarkan apa itu cinta. Tapi, entah mengapa rasanya hanya tergambar sebagian-sebagian saja... Bahkan ketika semua jawaban itu digabung! Sisanya sudah jauh berlari ber mil-mil dalam imajinasi saya. Atau sederhananya, saya merasa pendefinisian yang mereka ataupun saya buat tidaklah mampu mencakup seluruh pengertian saya tentang apa itu Cinta. Apalagi mungkin pengertian Cinta yang sebenarnya?

Yah… saya jadi ingat sebuah kalimat yang pernah diucapkan oleh seorang Albert Einstein klo ga salah kayak gini “Tidak ada seorangpun yang benar-benar memahami suatu rumus. Ia hanya akan terbiasa dengannya”.

Dulu saya tidak begitu paham dengan kalimat ini. Tapi sekarang,-setelah menemukan betapa saya tidak mampu untuk benar-benar merumuskan dan memahami sebuah definisi dari kata Cinta yang sebenarnya- saya akhirnya bisa mengerti… Mengerti apa maksud Einstein ketika mengucapkan kalimat itu. Bahkan Einstein sang jenius pun mengakui bahwa ia tidaklah benar-benar paham dengan rumus-rumus yang seharusnya sudah menjadi makanannya sehari-hari (termasuk rumusan E=mc2 yang ia buat sendiri mungkin?). Bagaimana dengan saya yang sedang mencoba merumuskan definisi cinta yang sebenarnya?

Jadi kesimpulannya? Akan susah bagi saya untuk benar-benar mengerti, memahami dan merumuskannya dalam kata-kata tentang apa itu Cinta… Setidaknya, karena cinta sudah merupakan bagian dari hidup, Ya… Biasakanlah hidup bersamanya. Toh cinta itu menurut saya cukup membahagiakan koq. Asal disikapi dengan baik dan bijaksana…

SAYA MENYERAH...

Tapi perlu diingat juga, bukan maksud saya untuk lalu mengabaikan “pendefinisian” itu lho. Sebuah “pendefinisian” itu penting untuk memahami sesuatu. Yah walaupun tidak benar-benar memahami, setidaknya dengan mengetahui definisinya berarti kita sudah berada cukup dekat dengan kebenaran (kalimat ini, saya lupa siapa yang pernah mengatakannya pada saya). Dan lagi Tuhan kan meyuruh kita berjalan di jalan kebenaran bukan? Walau seperti orang mabuk yang tidak bisa berjalan lurus dan mudah terjatuh, setidaknya kita sudah berusaha. Saya yakin Tuhan pasti akan memaafkan kesalahan hambanya dalam usahanya meniti jalan Nya (kalimat favorit saya ini ^_^). Sehingga...

SAYA MENYERAH UNTUK SEMENTARA INI... TAPI INGAT!!! SAYA AKAN KEMBALI SUATU SAAT NANTI UNTUK MENCOBA MERUMUSKANNYA KEMBALI!!!

Selasa, 16 Maret 2010

Aim at Simplicity, Hope for Truth

Georg Christophe Lichtenberg dalam salah satu aphorismenya pernah menyebut bahwa “Membaca berarti ber-hutang” (Weleh, utang saya banyak donk?) Kemudian ia melanjutkan “Menciptakan sesuatu dari bacaan berarti membayar utang”. Yah walaupun enggak bakal terbayar semua, setidaknya saya nyicil dulu deh… dengan mencoba menuliskannya di blog ini ^_^

Kmaren saya berkunjung ke rumah teman saya untuk sekedar menghabiskan makanan kecil di rumahnya (Yeah... ). Ngobrol-ngobrol sebentar abis itu dilanjutkan dengan acara nyemil-nyemilsambil nonton koleksi film barunya. Ga sengaja mata saya tertuju pada sebuah buku usang di bawah meja belajarnya. Saya ambil tuh buku berdebu dan saya baca judulnya “Problem and Project” Bobbs Merrill. Buka-buka halamanya sekilas, baca-baca kalimatnya sepintas, teknik membaca cepat digunakan (padahal karena lagi males baca aja)… Ga sengaja membuka di halaman bertuliskan 352, saya menemukan sebuah kalimat yang cukup familiar di telinga saya.

“We aim at simplicity and hope for truth”.

Eh, koq rasanya kayak pernah denger yah? Setelah di baca lagi, "ooh Nelson Goodman ini!!!!". Alhasil hanya karena tertarik dengan kalimat itu, saya pinjem bukunya dengan janji bakal dibalikin minggu depan untuk bahan nulis di blog ini. "Dasar ga kreatif", kata temen saya itu... "Hahahahaha!!! emang!" jawab saya.

Oke, karena ga mungkin saya tulis semua satu buku, saya kutip paragraf favorit saya aja :

“If you want to go somewhere quickly, and several alternative routes are equally likely , no one ask why you take the shortest. The simplest theory is chosen not because it’s most likely true, but because it’s scientifically the most rewarding among equally likely alternatives. We aim at simplicity and hope for truth”

Artinya :
Jika kamu ingin pergi ke suatu tempat dengan cepat, dan ada beberapa rute/jalur alternatif yang kelihatannya sama-sama bisa digunakan, tidak seorangpun akan bertanya kenapa kamu memilih rute/jalur paling singkat. Teori yang paling sederhana dipilih bukan karena (teori) itu yang paling mungkin benar, tapi karena (teori) itu secara ilmiah paling berharga diantara alternatif-alternatif lain yang sama-sama bisa digunakan. Kita mengarah pada kesederhanaan dan mengharapkan kebenaran.

(Maaf klo translate saya agak kacau >_<)

Bener juga yah apa yang dikatakan oleh om Nelson ini… bahwa kita memang mengarah pada kesederhanaan dan mengharapkan kebenaran. “Ngapain ngerjain soal matematika pake rumus yang panjang, klo pake rumus yang sederhana aja bisa terjawab? “

Hanya yang perlu ditekankan bahwa… tujuannya tetap satu, yaitu (mengharapkan) kebenaran. Misalkan ada pernyataan seorang PSK kayak gini; “Ngapain susah-susah cari kerja, klo bisa dapet uang banyak dengan jual diri?” (Nahh lhoo…) “Dengan jual diri, kebutuhan hidup keluarga bisa terpenuhi, makan tercukupi, utang terbayar, anak bisa bersekolah… daripada kerja biasa, gaji kecil, kebutuhan keluarga tidak bisa terpenuhi, utang menggunung, anak nggak bisa sekolah dan kurang gizi” (Nahh lho… Gimana coba?) Ada alasan pembenarnya disini… Benar Vs Salah?

Hmm… klo ambil analogi kehidupan PSK emang kelihatannya agak dilematis ini (dan saya tidak suka memikirkannya). Tapi mungkin bisa disederhanakan (“We aim at simplicity and hope for truth” ^_^) dengan menganalogikannya dengan seorang siswa yang berusaha mencari sebuah rumus cepat dalam mengerjakan sebuah soal matematika. Apa yang dilakukan siswa itu? Klo saya sih akan mencoba membuat sebuah rumus, mulai dari yang paling sederhana… yups, yang paling sederhana. “Ngapain ngerjain soal matematika pake rumus yang panjang, klo pake rumus yang sederhana aja bisa terjawab? “ dan saya akan menggunakan rumus itu untuk mengerjakan soal-soal matematika serupa hanya ketika memang rumus tersebut terbukti dapat menghasilkan jawaban yang tepat. Klo enggak menghasilkan jawaban yang tepat? Ya tinggalkan dan coba rumus yang baru yang paling sederhana lainnya diantara rumus-rumus lainnya sampai menemukan sebuah rumusan yang paling tepat dan sederhana . Sepeti kata om Henri Poincare juga klo ga salah kayak gini : “Eksperimen adalah sumber kebenaran; yang dapat mengajari kita tentang sesuatu yang baru dan memberikan kita sebuah kepastian”.

Lalu apakah sang PSK harus nyoba satu-satu gitu? Mulai dari jual diri? Jual organ tubuh? Jual anak? Dan seterusnya?

Hohoho… tidak semua eksperimen itu harus dilakukan sendiri kan? Menggunakan hasil penelitian dan eksperimen orang lain yang telah diakui kebenarannya juga akan sama hasilnya (Klo udah jelas salah, ngapain dipake?). Maka klo kita kembali kepada sang PSK… Penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini menyimpulkan bahwa Prostitusi, Jual organ, dan juga Jual anak adalah hal yang yang dapat membawa pengaruh negatif bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar (Kalopun tidak ada penelitian seperti itu, setidaknya diakui sebagai kebenaran umum ^_^)

Jadi apa donk yang harus dilakukan sang PSK?

Yah kembali ke jalan kebenaran duonk… jalan sesuai dengan norma-norma kebenaran (agama, kesopanan, kesusilaan, hukum) yang telah diakui oleh masyarakat umum sebagai suatu kebenaran (bolak-balik akhirnya kembali ke sini juga >_<)

Untuk itulah kebijaksanaan sangat penting disini untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Kebijaksanaan dengan memperhatikan menggunakan norma-norma kebenaran untuk membangun sebuah tembok penghalang agar alternatif buruk yang bisa digunakan menjadi tertutup dan tidak dapat digunakan lagi.

“We aim at simplicity and hope for truth”. Nulis apa saya ini?
 

Blog Template oleh YummyLolly.com - Header dibuat dengan PS brushes oleh gvalkyrie.deviantart.com
Disponsori oleh Free Web Space